Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar ke empat di Indonesia. Pulau ini memiliki enak provinsi dan empat diantaranya masuk dalam jajaran lima belas provinsi dengan area hutan terluas di Indonesia. Provinsi Sulawesi Tengah memiliki area hutan terluas sebesar 3,4 juta hektar.
Hutan merupakan hal yang krusial bagi masyarakat Sulawesi. Adanya delapan taman nasional di seluruh pulau Sulawesi memberikan gambaran mengenai betapa pentingnya ekosistem hutan bagi kehidupan. Hutan Sulawesi menyimpan keragaman kekayaan flora dan fauna endemik yang jarang dimiliki hutan lain di dunia. Berada di antara garis Wallace dan Weber yang memisahkan kawasan asiatis dan australis membuat flora dan fauna di hutan Sulawesi memiliki kekhasannya tersendiri. Selain itu, masih adanya masyarakat adat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya pada hutan membuat hutan Sulawesi semakin kaya akan keragaman.
Keragaman Flora dan Fauna
Terletak di wilayah Wallacea -Seperti yang sudah disinggung diawal- membuat hutan Sulawesi memiliki ragam flora dan fauna yang menarik dan tidak dapat ditemukan di tempat lain. Keragaman flora dan fauna endemik Pulau Sulawesi saat ini berada di dalam perlindungan Tanam Nasional yang tersebar di seluruh pulau tersebut. Setiap Tanam Nasional memiliki flora atau fauna endemik andalan yang menarik dan dipelajari. Berikut adalah beberapa diantaranya:
- Burung Maleo
Satwa dengan nama latin Macrocephalon maleo ini merupakan spesies burung endemik yang ada di hutan Sulawesi. Saat ini, Maleo dapat ditemukan di beberapa tempat seperti Taman Nasional Lore Lindu, Suaka Margasatwa Pinjang Tanjung Matop, Suaka Margasatwa Bakiriang, dan Cagar Alam Morowali. Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah (BKSDA Sulteng), burung dengan tonjolan unik di kepala tersebut saat ini berstatus endangered dan terancam punah di alam liar.
- Kayu Hitam Sulawesi
Kayu Hitam Sulawesi atau lebih banyak dikenal dengan Kayu Eboni merupakan tumbuhan berkayu yang menarik perhatian karena warnanya yang hitam dengan teras kecoklatan yang cantik. Eboni memiliki berbagai jenis, namun yang paling terkenal adalah Diospyros celebica dan Diospyros rumphii. Eboni memiliki sebaran alami di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Jenis kayunya yang cantik membuat kayu Eboni diperdagangkan dan dieksploitasi secara besar-besaran. Eksploitasi ditambah dengan kemampuan regenerasi alami yang kurang baik membuat Pohon Eboni masuk ke dalam daftar tanaman yang vulnerable.
- Strongylodon Celebicus Huang
Tanaman ini merupakan jenis tanaman liana berkayu endemik yang hanya ditemukan di hutan Sulawesi. Strongylodon Celebicus Huang memiliki bunga berbentuk mirip kuku burung elang yang tersusun layaknya pagoda. Bunganya memiliki warna yang beragam dari merah muda hingga putih. Ia dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindung, Sulawesi Tengah.
Masyarakat Adat di Hutan Sulawesi
Hutan Sulawesi bukan hanya menjadi habitat bagi ragam flora dan fauna, terdapat juga suku-suku adat yang masih tinggal dan merawat hutan Sulawesi seperti sebagaimana seharusnya. Suku-suku adat sampai hari ini masih berjuang melindungi hutan adat milik mereka dan tersebar di berbagai daerah di Pulau Sulawesi. Beberapa suku adat yang menetap dan bergantung pada hutan di Sulawesi di antaranya adalah:
- Tau Taa Wana Posangke/ Orang Wana Posangke
Tau Taa Wana Posangke merupakan komunitas adat yang tinggal di lembah dan bukit sepanjang aliran Sungai Salato. Secara administrasi, wilayah adat Tau Taa Wana Posangke berada pada Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Orang Wana Posangke hidup dengan bergantung pada hutan, namun mereka memiliki pola tata guna lahan tersendiri yang digunakan secara turun temurun agar hutan tempat tinggal mereka tetap terjaga dan berkelanjutan.
Orang Wana Posangke memiliki 7 pembagian area hutan dan lahan dengan fungsi yang berbeda-beda. Di antaranya adalah Pangale atau hutan rimba yang belum diolah dan difungsikan sebagai perlindungan mata air, Kapali atau hutan larangan yang tidak boleh disentuh dan diotak-atik, Navu atau area ladang yang dirotasi dengan tanaman-tanaman jangka pendek, hingga Pompalivu yaitu area hutan yang difungsikan sebagai tempat mencari rotan, damar, gaharu, dan ragam kayu bernilai ekonomis lainnya Orang Wana Posangke merupakan satu komunitas adat yang paling nyaring gaungnya dalam mempertahankan wilayah hutan adat mereka. Mereka berusaha untuk terus hidup dan menghidupkan hutan tempat tinggal mereka selama ini.
- Masyarakat Lindu
Masyarakat adat Lindu sangat menghargai hutan adat, bagi mereka hutan merupakan sumber kehidupan. Hutan memberi mereka makan dan air, hutan adalah penopang hidup mereka. Itulah alasan mengapa Masyarakat Lindu sangat melindungi hutan adat mereka yang berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Mirip dengan Tau Taa Wana Posangke, Masyarakat Lindu juga melakukan zonasi penggunaan hutan dan menerapkan sanksi adat yang berat pada pelanggar. Masyarakat Lindu mengambil hasil hutan dan danau Lindu sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak berlebihan agar kondisi hutan tetap terjaga untuk waktu yang lama. Masyarakat Lindu dan hutan Sulawesi hidup berdampingan tanpa adanya perusakan.
- Orang Rantetarima
Desa Rantetarima terletak di Mamasa, Sulawesi Barat. Masyarakat di sana yang dikenal dengan Orang Rantetarima hidup dengan mengandalkan kebaikan alam. Di Rantetarima, masyarakat hidup berdampingan dengan alam, hutan mereka rimbun dengan berbagai macam vegetasi yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan. Bagi Orang Rantetarima, masuk ke dalam hutan dan mengambil sesuatu harus dilakukan dengan sopan santun sesuai ketentuan adat yang ada. Tidak boleh ada yang menebang pohon dengan sembarang, tidak boleh membuka kebun dengan membabat seluruh hutan, bahkan ketika mengambil kayu untuk membuat rumah pun kayu harus diletakkan sesuai dengan aturan tertentu. Orang Rantetarima memanfaatkan hutan dengan memperhatikan keseimbangan alam agar sumber kehidupan mereka tidak rusak dan menghilang.
Hutan di Sulawesi merupakan sebuah ekosistem yang penting tidak hanya bagi flora dan fauna tetapi juga bagi masyarakat adat yang masih menggantungkan hidupnya pada hasil-hasil hutan. Kondisi hutan Sulawesi yang semakin menyempit tentu akan mengancam keberlangsungan hidup mereka dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Apalagi, flora dan fauna yang dimiliki hutan Sulawesi tidak dapat ditemukan lagi di tempat lain. Indonesia tidak boleh kehilangan kekayaan ragam flora fauna karena maraknya alih fungsi hutan. Pemerintah terus menerus memperbarui peraturan mengenai penebangan kayu juga meningkatkan frekuensi patroli pada hutan-hutan lindung untuk mencegah terjadinya pembalakan liar. Meski begitu, upaya perlindungan dan pemberdayaan hutan terutama di Pulau Sulawesi tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah. Masyarakat juga perlu mengambil bagian dalam menjaga hutan Sulawesi, dimulai dari meningkatkan kesadaran akan pentingnya hutan pada diri sendiri. Selain itu, masyarakat dapat turut berpartisipasi dengan melakukan reboisasi dan melaporkan tindakan pembalakan liar yang terjadi.
Sumber :
https://wanaswara.com/hal-menarik-dan-kondisi-hutan-di-sulawesi/
Diskusi tentang post